Tuesday, October 27, 2009

Hidup adalah anugerah Allah

Apakah perjalanan kehidupan saudara sudah mencapai kesempurnaan, atau dengan lebih sederhana saya tanyakan, apakah saudara sudah merasa puas dengan kehidupan ini? Kalau saya disuruh menjawab pertanyaan itu, saya akan mengatakan bahwa pertanyaan itu tidak akan menemukan jawaban. Kenapa, karena manusia tercipta dengan ketidakpuasan menempel dalam dirinya.

Dan jika kita boleh bertanya dengan sedikit ekstrim, apakah menurut saudara nasib itu ada? Atau tidak? Pertanyaan ini sebenarnya amat mirip dengan pertanyaan keberuntungan. Pertanyaan yang menarik! Namun sebenarnya pertanyaan ini tidak menjadi pertanyaan utama, yang menjadi penting adalah apakah dalam setiap situasi kita selalu mengucap syukur? Ketika manusia mampu mengucap syukur maka ia tidak akan peduli dengan pertanyaan apakah nasib itu ada atau tidak.

Dalam Alkitab kita akan menemukan nas yang mengatakan bahwa manusia hanya merencanakan, tetapi Tuhan yang menentukan…(Man proposes, God disposes). Jika ditanya apakah cita-cita kita dulunya sesuai dengan apa kita sekarang ini? Belum tentu semua mengatakan sesuai. Saya juga tadinya diimpikan oleh orang tua menjadi seorang SH eh, taunya jadi STh. Dan suadarapun mungkin mengalami hal yang serupa seperti saya dalam situasi yang berbeda. Dan Yakobus berkata: Hidup itu adalah uap. Tidak bisa dipegang. Tidak bisa dikuasai. Terkadang pula hidup ini adalah suatu tempat yang kurang atau bahkan tidak kita senangi. Dan hampir setiap orang pernah mengalami situasi itu.

Terlepas dari apa yang saya jelaskan sebelumnya, pernahkah kita meneliti kata atau kalimat apa yang paling banyak dipakai oleh orang Indonesia pada umumnya? Secara bersama kita akan mengatakan bahwa kata yang paling sering kita temukan adalah kata “Terima kasih”. Bukankah bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang paling ramah sedunia??? Hampir untuk apapun kita selalu berterimakasih. Sudah terkena marah dari atasan tetap mengucap terima kasih. Bahkan kalimat dalam surat yang isinya protes keras atas sikap dan kebijakan seseorang, tetap juga diakhiri dengan kalimat “atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih”. Sejak kecil kita memang selalu dididik untuk itu, dan itu tidak salah.

Tapi apakah kita melakukan hal serupa kepada Tuhan dalam hidup ini? Jika boleh saudara menjawab dalam hati, saya mau bertanya, berapa kali anda telah mengatakan terima kasih kepada Tuhan untuk satu hari ini? Jika anda tersenyum membaca pertanyaan ini, berarti mungkin anda belum mengatakan terima kasih lebih dari lima kali. Padahal Tuhan suka sekali kepada orang Kristen yang tahu berterimakasih.

Salah satu ungkapan iman Kristiani yang paling penting adalah “hidup yang berterimakasih”. Karena itu, Paulus berkata,: “bersyukurlah di dalam segala hal”. Itu berarti Tuhan juga mau agar kita berterimakasih. Kita memang pantas untuk bersyukur. Dan kita mempunyai lebih banyak alasan untuk itu. Mungkin sampai detik ini, banyak doa saudara yang belum Tuhan kabulkan, atau mungkin yang Tuhan tidak berikan, bukan berarti saudara dan saya harus berhenti mengucap syukur. Kita menghadapi kesulitan, kekurangan dan keterbatasan, namun kepada kita masih diberi hidup; itu adalah alasan untuk berterimakasih. Namun jauh lebih mudah kita mengatakan terima kasih kepada teman ketika dia melakukan perkara-perkara sederhana, daripada kepada Tuhan yang selalu setia melakukan perkara-perkara besar. Sebab apa? Sebab kalau teman melakukan sesuatu, kita melihatnya. Tapi jangan lupa, harus diketahui dan dipahami bahwa di balik tangan manusia itu, selalu ada tangan Tuhan. Ini tidak kita lihat dengan mata kita, ini hanya dapat kita akui dengan iman kita.

Mengutip sebuah tulisan di buku yang berkata bahwa tidak semua yang kita harapkan itu terjadi di dalam hidup kita, oleh karena itu perlu sikap taat. Mau dengan ikhlas menerima apa yang ditentukan oleh Tuhan betapapun sulit dan beratnya itu, betapa pun tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Di dalam ketaatan itu terkandung pula pernyatan yang mengungkapkan niat untuk bekerja keras. Mengucap syukur dalam segala hal akan melahirkan sikap menikmati hidup dan dalam menikmati hidup akan melahirkan niat bekerja keras. Bersyukur kepada Tuhan itu tidak cuma terbatas dengan mengucapkan “Haleluya, Puji Tuhan” setiap kali. Bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati juga berarti; “dengan hati nurani yang bersih, bekerja keras, gigih dan ulet, pantang menyerah”.

Percayalah, rasa syukur kepada Tuhan dengan segenap hati akan memberi kepada kita sumber tenaga yang tidak ada habis-habisnya untuk berusaha, untuk bekerja, sebab kita akan menyadari bahwa kita tidak pernah cukup bersyukur kepadaNya. Dan karena itu kita harus berusaha semakin baik dan semakin baik lagi. Saya percaya Tuhan akan selalu memberkati setiap pekerjaan dan usaha kita ketika kita datang kepadaNya dengan ucapan syukur. Terpujilah Kristus Kepala Gereja….Salam!!!

Pdt. Tonggo sitompul. STh ….

Monday, October 26, 2009

Masihkah kebenaran dan keadilan itu ada?

Hore…President kita telah dilantik! Itu artinya akan ada perubahan baru kepada sesuatu hal yang lebih baik. Betulkan? Inilah perkataan dan harapan sebahagian besar bangsa Indonesia yang mungkin selama ini hidupnya seperti berjalan di tempat tanpa sesuatu hal yang berarti, mungkin juga mereka adalah orang-orang yang telah lelah berusaha namun tanpa hasil. Atau mungkin juga salah satunya adalah saudara….benar tidak? Tidak usah dijawab, direnungkan saja…..Tapi satu hal yang pasti, ketika saudara menjabat sebagai seorang pemimpin, ingatlah kalau sudah duduk jangan lupa untuk berdiri dan buktikan kepada setiap orang bahwa kebenaran dan keadilan itu masih ada.

Pada masa sekarang ini, banyak hal indah yang ditawarkan dunia sehingga manusia menjadi bingung mana yang sebenarnya baik atau buruk. Jarak pemisah antara keduanya sangat tipis sekali. Jika tidak hati-hati maka yang terjadi adalah kita akan berada pada waktu dan tempat yang salah. Dan bahkan sekarang ini banyak orang yang telah melupakan Penciptanya setelah ia menikmati keindahan duniawi ini. Hal serupa terjadi pula atas bangsa Israel, mereka telah melupakan Tuhan yang pernah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menghantar mereka sampai ke tanah Kanaan. Mereka yang semula mengikuti kehendak Allah berubah menjadi pelaku tindakan kekerasan yang menginjak-injak hak orang lemah, korupsi, mengambil kekayaan yang berasal dari orang miskin, pemerasan, penipuan, dan keserakahan menjadi hal yang biasa bagi meraka. Saya jadi teringat akan peristiwa yang menimpa Dr. Abraham Thorne, ia telah banyak berjasa menyembuhkan orang-orang Apache yang sakit. Sebagai tanda terima kasih mereka kepadanya, mereka mau membayar dengan emas sebanyak-banyaknya asal Abraham mau berjalan 20 mil dengan mata tertutup, untuk dibawa ke tambang emas yang dirahasiakan orang Apache. Tiba di tambang emas, ia memasukkan emas di tasnya sebanyak mungkin, dalam perjalanan ia melihat samar-samar sisa-sisa reruntuhan benteng dan batu karang yang menjulang tinggi. Tanda-tanda itu selalu diingatnya untuk mempermudah dirinya kembali ke tempat itu jika ia mau. Ketika Dr. Abraham pulang dengan membawa emas senilai 6000 dollar, ia memutuskan akan kembali lagi bersama temannya untuk mencuri emas tersebut. Tetapi belum sampai di lembah tambang emas, mereka sudah dibunuh oleh orang Apache. Abraham yang serakah, tadinya ia adalah seorang penolong, malah menjadi penodong dan berakhir pada maut.

Kenapa bisa demikian? Pertanyaan ini begitu sederhana namun punya makna yang dalam. Jika pertanyaan ini menjadi perenungan bagi kita semua, mungkin akan banyak sekali jawaban yang muncul. Apapun jawaban itu, yang pasti intinya adalah kita semua sepakat bahwa hubungan yang baik dengan Allah sang Pencipta harus selalu dipelihara, entah sebelum atau sesudah keberhasilan itu menjadi milik kita. Bangsa Israel telah banyak menerima berkat dari Tuhan tetapi mereka sering lari atau meninggalkan Tuhan, ini jelas mendukakan hati Tuhan.
Carilah yang baik dan jangan yang jahat…; bencilah yang jahat dan cintailah yang baik…mempunyai pengertian bahwa kita harus menghayati hidup sesuai dengan kehendak Allah. Hidup menurut kehendak Allah bukan hanya teori belaka namun harus dinyatakan dengan tindakan. Jikalau saja umat Allah akan membenci kejahatan dan mencintai kebaikan, maka sudah dapat dipastikan bahwa Allah akan menyelamatkan umatNya yang lepas dari hukuman pada masa yang akan datang. Tapi jika tidak? Masing-masing kita pasti telah mengetahui apa akibatnya. Biarlah seolah-olah hal ini sulit untuk dikerjakan, namun pasti kita mampu untuk melakukannya. Keadilan dan kebenaran itu masih ada. Terpujilah Kristus kepala Gereja. Salam. Pdt. Tonggo Sitompul.

Tuesday, October 20, 2009

Jati diri anak Tuhan

Yang tidak meminjamkkan uangnya degan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tidak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya. (Mazmur 15:5)


Manusia adalah mahluk sosial, saling membutuhkan. Baik ketika kita kuat atau lemah, ketika sehat maupun sakit, ketika kaya maupun miskin, manusia saling membutuhkan. Sebagai orang Kristen yang tahu kehendakNya, maka haruslah tetap menunjukkan jati dirinya sebagai anak Tuhan yaitu berlaku adil, tulus, tidak egois, Tetapi, mau berbagi dengan sesama. Orang Kristen wajib menjalankan kebenaran dan tidak akan mau dipengaruhi oleh apapun. Tuhan Allah sangat benci akan sikap dan perilaku yang mendua hati, (kompromi) yang tidak mampu menunjukkan jatidirinya sebagai anak Tuhan,, yang harus berlaku adil terhadap siapapun. Allah mengutus kita ke dunia ini untuk mampu saling berbagi, saling membangun, saling menolong dan saling membela.


Bila seseorang memiliki sesuatu, baik harta kekayaan atau apa saja, janganlah meminjamkan milikya dengan makan riba, Riba adalah perbuatan yang sangat Tuhan benci. Jika kita menolong sesama kita, lakukanlah dengan tulus hati tanpa pamrih. Yesus Kristus adalah teladan bagi kita. Ia datang ke dunia mengasihi bahkan mengorbankan diriNya demi mengangkat harkat kita sehingga menjadi ahli waris dari kekayaanNya, yaitu kehidupan yang kekal. Sebagai anak Tuhan sudahkah kita menolong saudara kita yang lemah dengan tulus hati? Atau kita tega menerima suap melawan orang yang tak bersalah demi menguntungkan atau memperkaya diri sendiri. Orang Kristen harus berjuang melawan segala perbuatan jahat demi keadialan. Oleh sebab itu, berjuangalah menjunjung tinggi jatidiri sebagia aanak Tuhan. Amin. (RS)



Ibadah Harian Keluarga

HKBP DISTRIK XV SUMBAGSEL

Sunday, October 18, 2009

Tugas panggilan Tuhan

Buletin Ibadah khusus HKBP Jatiwaringin

Minggu, 18 Oktober 2009

Pengkotbah: Pdt. Maria br. Tampubolon, S.th

Liturgis: St. B. Panggabean

Epistel: 2 Timotius 4:1-5

Evangelium: Keluaran 4:10-17

Minggu XIX Setelah Trinitatis



“Kerjakan apa yang menjadi panggilan Tuhan dalam hidupmu, percayalah pasti Tuhan akan memampuka dan menyertai.”


Horas!!! Setelah dua minggu kita lalui, akhirnya Ibsus kembali berjalan untuk melayani jemaat karena pada minggu lalu gereja kita mengadakan kegiatan pesta Diakonia yang meniadakan pelaksanaan Ibsus, karena pesta digelar dari pagi hingga sore hari. Pesta diakonia HKBP Jatiwaringin telah usai dan dari pesa itu telah terkumpul dana ratusan juta rupiah yang nantinya akan digunakan untuk memberikan pelayanan kepada jemaat yang memiliki kehidupan perekonomian di bawah standar, yang pemanfaaannya dikelola oleh Komisi Pemberdayaan Jemaat Ekonomi Lemah (KPJEL) yang juga diresmikan saat pesta diakonia minggu lalu. Kita bersyukur gereja kita mampu menjalankan pelayanan diakonia berbasis kepada jemaat. ini wujud kita menjawab panggilan Tuhan kepada setiap orang percaya untuk melakukan diakonia.


Berbicara soal panggilan, sebenarnya Tuhan memanggil setiap umatNya untuk melakukan pekerjaan, pekerjaan yang Dia percayakan kepada kita masing-masing. Mungkin beberapa orang akan berpikir “ah, panggilan itu kan cuma berlaku bagi para Tuhan, kita-kita ini orang awam tidak termasuk”. Pernyataan ini salah besar, karena itu diberikan tanpa memandang latar belakang kita. Tuhan memberikan kita pekerjaan bukan hanya berlaku di gereja tetapi ketika kita berada di kantor, sekolah, kampus dan tentunya rumah kita. Jika kita menjadi seorang pelayan di gereja, itu adalah panggilan, jika kita menjadi seorang karyawan? pelajar? mahasiswa, ini juga sebuah panggilan dan jika kita ditempatkan di keluarga sebagai anak atau orangtua, ini juga panggilan. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tentunya kita harus meresponi panggilan itu dengan memenuhi panggilan itu dengan baik, karena itu adalah perkara yang Tuhan percayakan kepada kita. Mungkin kita pernah merasa tidak mampu menjalani pekerjaan atau tugas yang Tuhan percayakan kepada kita di suatu lingkungan, kita sudah merasa tidak mampu melakukannya. Namun hari ini Firman Tuhan mengingatkan bahwa Tuhan kita bukan Tuhan yang sembarangan dalam mengutus umatNya dalam mengutus, Ia akan memberikan kita kemampuan untuk menjalankannya. Jadi kalau kita melakukan suatu tugas atau mengemban rencana yang kita yakini telah menjadi pemberian Tuhan kepada kita, maka marilah kita jalani dengan baik dan percayalah bahwa Tuhan akan menyertai.


Hal ini menarik kita lihat dalam nats kotbah hari ini, dimana Musa mengaku bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas yang Tuhan percayakan kepadanya, bahkan ia meminta supaya Harun saja, yang dimatanya memiliki kemampuan berbicara. Namun Tuhan menolak dan menjanjikan kemampuan dalam menjalankan panggilannya. Tak hanya kemampuan yang diberikanNya, tapi Tuhan juga hadirkan orang lain untuk kita dapat memenuhi setiap panggilan Allah dalam hidup kita, sebagaimana Tuhan meminta Harun untuk membantu Musa.

Lalu, apa panggilan Tuhan dalam hidup kita? Penuhilah dan kerjakanlah panggilan itu dengan baik dan sukacita, baik itu di gereja/kator/kampus dan masyarakat. Dan jadilah hambaNya yang setia. Selamat beribadah. Tuhanta mandongani hita sude. (NN)

Minggu sore yang mencerahkan hati

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.46 WIB, saat yang baik untuk tidur dan terbang ke alam mimpi, apalagi besok hari senin, hari ke-19 di bulan Oktober, juga hari untuk kembali mulai beraktivitas. Namun mata belum berasa ngantuk, masih betah melotot manis, mungkin karena tidur singkatku tadi siang yang sejujurnya bukan suatu kebiasaanku atau mungkin juga karena pengaruh bubur BRD yang baru satu jam yang lalu aku nikmati bersama dua temanku, Sisca dan Elisabeth. Hmm….masih terasa nikmatnya. Aku beranjak dari tempat tidur lalu duduk bersandar di kursi meja computer, pikiranku melayang pada apa yang kualami sebelum aku tiba di rumah, tepatnya tujuh jam sejak berangkat ke gereja. Apakah malam ini aku akan menulis atau merekam tentang apa yang berkecamuk dalam pikiranku ini? Batinku. Biasanya aku akan lebih senang memilih merekam suaraku di mp4. Dengan merekam, waktu yang diperlukan tidak sebanyak waktu dibutuhkan untuk menulis, apalagi ini sudah larut, menulis bisa dilakukan di mana saja. Tapi entah kenapa aku malah memilih untuk menulis, bahkan tidak tanggung-tanggung aku malah ingin menulis langsung di halaman blogku, bukan di buku diary/note seperti biasanya. Ah sudahlah, pikirku, yag penting semua isi pikiran ini dapat tertuang. Akhirnya kuurungkan niatku untuk membuka facebook supaya aku bisa konsentrasi menulis, dan baru kusadari, tanganku sebelah kanan masih memegang erat dua kertas kuning yang tadi aku raih dari tas gereja yang tergeletak di sampingku, warta jemaat dan bulletin Ibsus hari ini. Yah, kedua isi kertas itu telah membuatku menangis saat ibadah sore di gereja HKBP Jatiwaringin.


Tadi, tepat jam 15.25 WIB, aku berangkat ke gereja, sebelumnya aku sudah janji sama temanku, Sisca, akan kebaktian bersama di Ibadah Khusus HKBP Jatiwaringin. Dikarenakan jarak antara rumah dengan gereja tidak begitu jauh, aku pun berangkat dengan tidak terburu-terburu. Lima menit dia atas ojek, pasti cukup untuk menghantarkan aku tepat di pintu gerbang gereja, pikirku. Ketika dalam perjalanan menuju gereja aku menyadari cuaca sore sangat cerah dan aku juga ingin membuat susasana hatiku secerah sore itu. HAtiku tiba-tiba berkata, teguran apa yang akan kuterima dalam ibadahku sore ini? Aku tertunduk, tanganku meraba Alkitab yang ada di tasku dan mulutku berucap lirih mengungkapkan sesuatu padaNya.


Ah, ternyata perkiraanku salah, ketika tiba di gereja dan melintasi area parkiran, lamat-lamat terdengar suara jemaat bernyanyi diiringi musik band. Duh, aku telat! mungkin dua atau tiga menit. Ini pasti nyanyian panggilan beribadah, pikirku. Aku mengarahkan pandangan ke arah beberapa teman yang juga terlambat, ada yang terlihat buru-buru, ada yang sangat santai seolah-olah ibadah belum dimulai, ada yang terlihat mondar-mandir menunggu seseorang seperti yang pernah kulakukan beberapa minggu lalu, namun ada juga seperti diriku yang terlihat tenang saat tiba di depan pintu gereja, mengambil bulletin Ibsus yang sudah disediakan di atas sebuah meja, lalu memasuki ruangan gereja. Mataku tertuju pada bangku-bangku kosong di belakang yang yang tidak jauh dari tempatku berdiri dan kepada setiap jemaat yang belum begitu banyak sedang berdiri menyanyikan lagu pujian penyembahan yang sudah akrab ditelingaku. Hmm…ada yang bersemangat namun ada juga yang tidak. Aku mulai menyusuri bangku-bangku kosong bagian belakang kolom pertama yang kuyakini dalam lima sampai sepuluh menit ke depan akan membludak dipenuhi oleh anak-anak yang terlambat. Kemudian aku menghentikan langkah tepat di bangku barisan tengah yang mayoritas ditempati teman-teman naposo, lalu duduk di bangku, diapit oleh dua teman disebelahku yang tersenyum menyambutku dan melontorkan pertanyaan Sekilas kujawab dengan senyuman dan mulai mengambil sikap untuk berdoa. Setelah itu aku pun berdiri seperti teman-teman yang lain yang masih semangat bernyanyi lagu pujian kepadaNya. Lalu aku mengarahkan pandangan ke altar, tepatnya ke arah Worship Leader berkacamata. Oh,oh… cowok itu terlihat kocak disana, begitu bersemangat, kutahan senyumku, dia sedang berkoar-koar tentang Firman Tuhan sesuai tema lagu. Pandanganku kualihkan kepada tiga singer muda, tim musik dengan full bandnya dan kembali ke arah sosok berkacamata itu, Hmm..dia serius banget, sungguh, dia sedang dipenuhi Roh Kudus, aku pun mengamini kata-katanya. Kemudian aku melihat ke arah liturgis yang berdiri tegak, amang Panggabean yang sudah tidak asing bagiku, trus ke bangku parhalado, yang ditempati dua sintua serta inang Pdt. Maria br. Tampubolon, S.th yang tampak anggun dengan jubah hitamnya dan terlihat manis dan girly dengan model rambut berponi, maklumlah pendeta muda, mungkin umurnya tidak jauh beda dariku, begitulah pikiranku saat kami kenalan setahun yang lalu.


Aku mulai ikut bernyanyi sambil menatap layar di depan, mencoba membaca syair lagu-lagu yang tertera di sana, namun, hah?? Oh..oh..satu kata pun tidak bisa kubaca, terlihat kabur..!! Lho kenapa ini? Diam-diam aku memperhatikan teman disekitarku yang sedang bernyanyi dengan pandangan ke layar tanpa ada masalah. Aku pun menyadari kelemahan fisikku, namun meskipun demikian, biasanya dari bangku barisan tengah masih dapat kubaca, mungkin font size terlalu kecil dan kurang tebal atau memang mata ini yang sudah parah? Hhhh….Lalu aku mengambil bulletin ibsus yang tadi kuletakkan di laci bangku dan bermaksud untuk melihat lagu-lagu dari kertas buletin saja. Bukannya langsung membuka halaman lagunya, mataku malah lebih tertarik membaca halaman utama buletin ibsus, yang biasanya diisi dengan renungan sesuai Nats kotbah hari ini, Keluaran 4:10-17. Aku membaca kalimat paling atas, “Kerjakan saja apa yag menjadi panggilan Tuhan dalam hidupmu, percayalah pasti Tuhan akan memampukan dan menyertai.” Dag dig dug dag…jantungku berpacu cepat. Oh, kalimat itu menamparku, aku belum sanggup membaca kalimat-kalimat di bawahnya…aku yakin keterangan di bawahnya akan sangat mengena kepadaku. Mengapa harus kalimat ini lagi yang harus kubaca dan kudengar? Aku teringat, empat hari yang lalu aku juga sudah membaca nats kotbah hari ini, dan juga kalimat yang hampir persis, namun dalam bahasa batak, “Ulahon ma ulaon na pinasahat ni Debata tu ho!” Aku tahu betul, kalimat ini sangat aku butuhkan saat ini. Dengan penasaran mataku kembali menyusuri kalimat-kalimat menarik yang dimuat dibuletin itu, hatiku terenyah dan bening dimataku kutahan supaya tidak mengalir. Aku teringat akan apa yang terjadi padaku dua minggu belakangan ini. Inikah cara Tuhan menegur dan mengingatkanku? Ah, kuputuskan saja untuk tetap konsentrasi dalam ibadah, soalnya dari kemarin-kemarin juga aku sudah menyadari kalau nats kotbah hari ini akan berarti bagiku. Sekarang tingggal bagaimana aku mengambil keputusan baik dan bertindak sesuai yang Dia inginkan.


Saat mengikuti ibadah, aku menyadari kalau hampir semua lagu mengingatkanku akan beberapa hal yang terjadi dalam hidupku, lagu sebelum votum, “Tinggikan diriMu”, salah satu lagu yang mengiringi langkahku ke tempat kerja beberapa bulan lalu, trus lagu sebelum Hukum Taurat, “Here I am to worship”, lagu yang menemeniku saban aku buka situs blogku, kemudian lagu “Bagai rajawali” dan “Di bawah kepak sayapMu” mengingatkannku akan satu minggu belakangan ini, yang ingin banget melintasi langit biru bagai rajawali bersamaNya dan berlindung di bawah kepak sayapNya dalam mengatasi persoalan hidup ini dan butuh kekuatan dariNya karena kodisiku yang sangat lemah. Dan lagu-lagu lainnya, adalah lagu yang sudah sering aku bawakan dengan petikan gitar sabam malam saat aku sedang suntuk, santai atau, atau ceria. Ketika tiba doa pengakuan dosa, kurasa aku tidak kuat lagi menopang tubuh ini, tubuhku gemetar, aku terlalu kecil dihadapan Tuhan, terlalu banyak dosa yang sudah kami perbuat, aku tidak bisa menahan airmataku lagi dan kubiarkan mengalir begitu saja, aku ingin menumpahkan semuanya. Aku tahu Tuhan sedang memperhatikanku dan melihat betapa lemah anakNya ini. Tapi aku percaya Tuhan sudah mengampuniku dan juga orang-orang yang tak luput kubawakan dalam doa. Dia Allah yang selalu mengerti dan peduli akan keadaan anak-anakNya. Entah kenapa aku merasa diriku mulai bersemangat, yah… semangat yang datang dariNya yang tidak akan meninggalku di saat aku susah dan senang, kepadaNya kubersandar. Saat kembali duduk, diam-diam dengan tidak membuat teman disebelahku curiga, aku merogoh tissue dalam tasku untuk menghapus sisa bening di sela mataku. Pandanganku tertuju kembali ke altar, si Worship Leader berkacamata sedang mengajak kembali bernyanyi, aku tersenyum melihat caranya memuji Tuhan, ini kali ketiga aku melihatnya sebagai WL sejak bergabung dalam tim pelayan Ibsus, namun aku baru menyadari kebolehannya saat dia jadi worship leader di ibadah Diakonia keluarga dua minggu lalu. Dia punya karunia bakat dan keunikan sendiri, sama seperti WL lainnya di Ibsus muda/ i HKBP Jatiwaringin.


Ibadah masih berjalan dengan lancar, meskipun tidak dapat dipungkiri teman-teman ada yang tidak dapat menahan hasrat untuk tidak mengobrol dan berbisik-bisik yang tentunya dapat mengganggu konsentrasi jemaat yang beribadah. Dan aku pun baru sadar kalau sosok temanku, Sisca, belum tampak. Dimana dia? Apa sudah duduk di salah satu bangku di belakangku? Ah, tanpa kehadiran sahabat pun aku bisa ibadah sendiri, biar lebih konsentrasi, dan sebenarnya inilah yang kubutuhkan saat ini: ingin sendiri!! Sorry friend.


Kotbah inang pendeta yang kutunggu-tunggu, terasa menyadarkanku lagi. Aku memposisikan diriku seperti nabi Musa yang merasa tidak mampu menjalankan tugas yang Tuhan percayakan kepada Musa, padahal TUHAN mengatakan kalau Musa akan selalu dalam penyertaanNya dan menghadirkan Harun untuk membantu Musa dalam menjalankan tugas yang Tuhan perintahkan. Aku berpikir apakah ada jemaat yang hadir mempunyai masalah yang sama denganku? Aku berharap aku bisa seperti Musa yang akhirnya sadar dan kemudian mejalankan tugas panggilan Tuhan. Kembali aku membaca renungan yang ada buletin ibsus dan menghubungkannya dengan kotbah inang pendeta. Suara-suara itu lagi-lagi menegurku, aku menahan airmataku supaya tidak jatuh lagi, duh! Aku merasa dua minggu ini, diriku cengeng banget, bawaanya menangis mulu, hanya karena suatu hal yang kurasa tidak mampu kulakukan, baik dalam dunia kerja maupun dalam aktivitasku yang lain, padahal di sisi lain banyak orang yang sangat membutuhkanku di lingkungan kerjaku, di keluarga dan pelayananku. Aku butuh motivasi, butuh perhatian, butuh dorongan untuk membuatku semakin optimis dan percaya diri dalam menjalankan tugasku. And now, aku akan bangkit. Tuhan akan mendapingiku. Aku tahu apa pun yang terjadi dalam hidup ini ada penyebanya dan jika itu satu hal yang dapat dikategorikan suatu masalah, aku yakin semua itu pasti bisa diselasaikan dengan baik dan bijaksana karena Tuhan Maha pengasih dan penolong yang tiada duanya.


Saat persembahan ke-2 yang dihantarkan ke depan untuk korban bencana alam/gempa di Sumatera Barat, Padang, aku tertegun mendengar syair lagunya yang diambil dari Buku Ende no. 522, “Surgoi sambulonta do i”, lagu berbahasa batak yang menghibur hati, bahwa di dalam Kerajaan Sorga penuh dengan puji-pujian kepadaNya dan tidak ada penderitaan. Lagu yang bertentangan dan sengaja dihubungkan dengan kondisi bangsa Indonesia yang penuh goncangan/penderitaan, khususnya saat ini, untuk para korban bencana alam di Sumatera Barat, Padang. Aku berharap para korban bencana alam secepatnya mendapat bantuan, penghiburan serta pemulihan, baik jasmani maupun rohani.


Usai ibadah, aku baru sadar, niatku untuk merekam satu dua lagu terlupakan…Kuakui merekam sudah menjadi kebiasaanku. Meskipun begitu, aku tetap senang dan tersungging sendiri, karena tadi, diam-diam aku sempat merekam suatu hal yang lebih menarik perhatianku. Mudah-mudahan saja tidak ada yang memperhatikanku. Dan aku memang yakin teman-teman tidak akan ada yang tahu, mereka hanya tahu, bahwa aku merekam lagu-lagunya saja, padahal ada hal lain yang kurekam tanpa mereka sadari. Ini sudah kesekian kali aku merekamnya, dan semua itu sudah tersimpan rapi di mp4 yang selalu setia menemani dan menghiburku. Apakah itu? Lebih baik tidak kubeberkan di halaman ini, secret! Hahhahaa…Yang tahu hanya aku dan Tuhan. Kemudian aku menyalami teman-teman, dan teman-teman yang lain pun saling bersalaman mengucapakan selamat hari minggu, aku senang melihat kegembiraan di wajah mereka, begitu ceria dan menyenangkan. Aku ikut berbaur dengan mereka dan mengobrol apa adanya dan berharap mereka semua mendapatkan sesuatu yang baru dalam ibadah yang baru saja usai. Kemudian aku keluar melalui pintu samping gereja dan berdiri di koridor samping. Aku berniat menelepon temanku yang belum kelihatan batang hidungnya, padahal kami ada rencana usai ibadah akan langsung menghadiri acara resepsi pernikahan teman. Namun pada akhirnya aku memilih untuk tetap di geraja saja karena ternyata, ada rapat naposo untuk memastikan apakah NHKBP Jatiwaringin ikut berpartisipasi dalam pesparawi di HKBP Pasar Rebo. Aku berharap niat kami untuk ikut memang tulus, salah satu cara kami untuk datang dan makin dekat denganNya, namun dibutuhkan komitmen dan keseriusan serta kedisplinan untuk berlatih sesuai jadwal yang sudah ditentukan, apalagi waktu latihan hanya tinggal enam minggu lagi. kita lihat saja, bagaimana akhirnya? Ini tergantung pada pribadi setiap naposo, sedangkan aku, dari awal memang sudah komit, dan tetap berserah padaNya.


Sepuluh menit sebelum rapat usai, temanku, Sisca muncul dengan penampilan yang menawan, aku tersenyum menyambutnya, dia minta maaf dan mengajakku untuk makan malam di luar sebagai ganti acara resepsinya. Seusai rapat kami masih ngobrol-ngobrol di corner dengan beberapa teman naposo yang masih tinggal. Setengah jam kemudian kami beranjak meninggalkan gereja dan mengajak teman kami yang lain, Elisabeth, untuk turut bergabung makan malam di BRD, warung tenda pavorit anak NHKBP Jatiwaringin. Biasanya dua teman kami yang lain, Melda dan Dian turut ikut, tapi Melda sedang menghadiri acara resepsi teman yang batal kami hadiri malam ini, sedangkan Dian sedang berduka, opung kesayangnannya telah lebih dulu berpulang. Di BRD, sambil menikmati bubur yang sudah di pesan, kami mengobrol tentang berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan ini, namanya juga cewek pasti ada saja hal menarik yang dibicarakan, kami tertawa dan kadang saling meledek satu sama lain. Banyak hal yang kudapat malam itu, sesuatu yang tadinya aku tidak tahu jadi aku tahu serta ada juga yang membawa pemahaman baru bagiku, kuanggap positif. Pokoknya malam itu, kami membuat diri kami senang, seolah-olah tidak ada beban, dan aku benar-benar menikmatinya. Aku bersyukur padaNya, telah menghadirkan teman-teman yang begitu baik disekitarku. Dan aku tahu Tuhan sedang memperhatikan kami, melihat tiga cewek jomlo yang cekakak-cekikik kesenangan sedang membicarakan cowok. Aku berpikir kapan rencana Tuhan terjadi bagi kami perihal jodoh? Aku memperhatikan wajah kedua temanku, wajah yang mengharapkan kehadiran seorang kekasih dalam hidupnya, sama sepertiku, hehhehee..


Kalau saja hari masih sore kami masih akan betah berlama-lama disana, tapi ini sudah larut. Lalu atas keputusan bersama kami pun segera pulang dengan wajah ceria. Hm, minggu yang luar biasa pikirku, tak menyangka dalam tujuh jam yang kujalani barusan, membuatku semakin bersyukur bahwa Kasih Tuhan kepada umatNya sungguh luar biasa, Dia tidak pernah meningggalkan anak-anakNya, meskipun ada suka duka, inilah cara Tuhan untuk kita sadar dan belajar bagaimana hidup yang benar di hadapan Tuhan. Thanks God untuk setiap hari yang kujalani.

Friday, October 16, 2009

Tetap bersabar

Ibrani 6:12 (Agar kamu jangan menjadi lamban, petapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagia dalam apa yang dijanjikan Allah)

Kita sudah hidup dalam iman. Kita percaya Tuhan akan memenuhi kebutuhan kita. Tetapi apa yang kita lakukan ketika kita harus menunggu jawaban kita sejenak dan kita tergoda untuk menyerah?

Bersabarlah!

Pada zaman ini kesabaran begitu jarang dipraktikkan. Orang-orang ingin segala sesuatunya cepat, dari makan sampai computer. Tetapi, jika berkaitan dengan menerima dari Tuhan, kesabaran itu sama pentingnya dengan iman. Itu akan membuat perbedaan antara sukses dan kegagalan kita.

Kesabaran menguatkan dan mendukung iman sampai kita melihat jawabannya. Setelah kita berdoa dan membaca janji-janji Tuhan, kesabaran akan mendorong kita supaya tetap teguh sampai kita menerima apa yang kita percayai. Kesabaran itu kuasa. Ini berisikan keberanian untuk menyangkal kebohongan setan yang mengatakan bahwa firman Tuhan tidak bekerja bagi kita. Kesabaran tahu firman Tuhan tidak pernah gagal. Ia tidak akan menarik diri dalam ketakutan….ia akan terus maju dalam iman sampai kita mendapat jawabannya.

Supaya kesabaran kita kuat, latihlah kesabaran dalam situasi sehari-hari. Jika kita harus berdiri dalam antrean yang panjang di bioskop atau pada waktu makan siang, jangan marah, latilah kesabaran. Setiap kali kita melakukannya, ia akan menjadi lebih kuat, sama seperti otot.

Dan ketika kita harus menunggu lama untuk melihat doa kita dijawab, jangan putus asa! Mari menbaca firman Tuhan dengan sabar, maka kita akan menerima janjiNya.

By: Gloria Copeland

OVER THE EDGE

Renungan Pemuda/i

171009

Tuesday, October 13, 2009

Sejahterakanlah kotamu tinggal

Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. (Jeremia 29:7)

Hidup seorang Kristen diawali dengan pembangunan rohani melalui lahir kembali, disebut “hidup baru” (Roma 6:4). Hidup baru menuntut suatu perubahan hidup dalam proses pembaharuan yang terus menerus, dari paradigma dunia kepada standar Kristus. Kekerasan hati bangsa Israel membuat Tuhan mengizinkan raja Nebukadnezar membawa mereka ke dalam pembuangan Babel. Bukan hal yang mudah bagi bangsa Israel untuk hidup dalam pembuangan. Masa kejayaan mereka hilang, harga diri mereka direnggut, kekayaan dirampas, dan banyak lagi penderitaan yang dialami dalam masa pembuangan. Tetapi Firman Tuhan datang kepada mereka agar supaya mereka mengusahakan kesejahteraan kota tempat mereka dibuang.


Nabi Yeremia menyuruh tua-tua di antara orang buangan, imam-imam, dan seluruh rakyat supaya berdoa untuk kesejahteraan kota tersebut. Firman Tiuhan mengatakan, jika kota tempat mereka dibuang tersebut sejahtera, maka mereka juga ikut sejahtera. Mereka harus merendahkan diri, menyadari atas dosa-dosa mereka, dosa-dosa kota dan negara.

Bagaimana dengan kita sebagai rakyat Indonesia, yang dalam hal tertentu menyimpan rasa ketidak-puasan dan kekurang-adilan bahkan kekecewaan yang besar kepada pemerintah dan aparat yang sering bertindak tidak proporsional? Alkitab mengatakan: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tes 5:1). Rasul Paulus mengajarkan sikap yang tunduk pada pemerintah walau ketika itu ia bernaung di bawah pemerintahan yang tidak adil, yang menentang pemberitaan injil. Negaranya sedang dijajah oleh bangsa Roma ketika itu. Mungkin kita banyak mengalami kekecewaan, kemarahan dan kepahitan kepada pemerintah yang tidak tegas, perbuatan aparat negara dan ketidakadilan yang mereka perbuat, tetapi semuanya itu jangan kita jadikan sebagai alasan untuk membenci dan mengutuk.

Bila Indonesia sudah lahir di hati kita berarti kita harus tetap mencintainya, artinya ikut berjuang untuk kebagkitan dan pembangunan negeri ini, mau berdoa untuk meminta pengampunan dan pemulihan bagi Indonesia yang telah banyak mengalami musibah dan ragam penderitaan.

Mari kita semua ambil bagian dalam menghadirkan Kerajaan Allah di kota kita dengan menghasilkan buah serta terus berdoa bagi kesejahteraan kota dan negara kita. Kita percaya transformasi yang total akan segera terjadi. Karena Tuhan menginginkan agar kita tetap mengucap syukur dalam segala hal yang kita alami. Segala masalah yang kita hadapi dapat menjadi alat untuk membuat kita semakin dekat lagi padaNya. “Berdoalah untuk kota dan negara kepada TUHAN, sebab kesejateraannya adalah kesejahteraanmu”.



Pelita Hati

HKBP Depok 1 Ressort Depok